Close

Sejarah Konflik Hizbullah vs Israel: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Konflik Hizbullah vs Israel

Konflik antara Hizbullah dan Israel adalah salah satu konflik paling kompleks dan berkelanjutan di Timur Tengah. Bermula dari invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982, perseteruan ini melibatkan berbagai dimensi politik, ideologis, dan militer. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang sejarah Hizbullah dan konfrontasinya dengan Israel, yang telah mempengaruhi tidak hanya kedua pihak yang berseteru tetapi juga keseimbangan kekuatan di wilayah tersebut.

Sejarah Hizbullah vs Israel

1982: Invasi Israel ke Lebanon

Pada bulan Juni 1982, Israel melancarkan invasi ke Lebanon dengan tujuan menghancurkan basis Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang beroperasi di negara tersebut. Operasi ini dikenal sebagai Operasi Perdamaian untuk Galilea. Invasi ini menyebabkan pendudukan wilayah selatan Lebanon oleh pasukan Israel, yang menjadi titik awal terbentuknya Hizbullah.

Pembentukan Hizbullah

Hizbullah dibentuk pada tahun 1982 oleh sekelompok ulama Syiah Lebanon yang didukung oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC). Kelompok ini bertujuan untuk mengusir pasukan Israel dari Lebanon dan menentang pengaruh Barat di wilayah tersebut. Dengan dukungan Iran, Hizbullah dengan cepat mengorganisir kekuatan militer dan mendapatkan dukungan luas dari komunitas Syiah di Lebanon.

Baca juga: Ada Adidas Samba, Ini 5 Sneakers Terbaik Yang Wajib Dikoleksi

1985: Israel Mundur ke Zona Keamanan

Pada tahun 1985, Israel menarik sebagian besar pasukannya dari Lebanon, namun tetap mempertahankan kendali atas sebuah “zona keamanan” di selatan Lebanon. Langkah ini dimaksudkan untuk melindungi perbatasannya dari serangan. Hizbullah melanjutkan serangan gerilyanya terhadap pasukan Israel dan sekutu mereka, Tentara Lebanon Selatan (SLA).

2000: Penarikan Israel dari Lebanon

Pada Mei 2000, Israel menarik semua pasukannya dari Lebanon, mengakhiri 18 tahun pendudukan. Penarikan ini dianggap sebagai kemenangan besar oleh Hizbullah, yang semakin memperkuat posisinya di Lebanon sebagai kekuatan militer dan politik yang dominan.

2006: Perang Lebanon Kedua

Konflik besar lainnya terjadi pada Juli 2006, ketika Hizbullah menculik dua tentara Israel di dekat perbatasan Lebanon-Israel, yang memicu respons militer besar-besaran dari Israel. Perang ini berlangsung selama 34 hari dan menyebabkan kerusakan besar di Lebanon serta korban jiwa di kedua belah pihak. Gencatan senjata akhirnya ditengahi oleh PBB, tetapi ketegangan tetap tinggi.

Baca juga: Shimmer, Tren Fashion Memukau di Momen Lebaran

Setelah 2006

Sejak perang 2006, Hizbullah telah meningkatkan persenjataan dan kemampuan militernya, sebagian besar berkat dukungan dari Iran dan Suriah. Sementara itu, Israel terus memandang Hizbullah sebagai ancaman utama di utara dan secara berkala melakukan operasi militer untuk menanggapi ancaman tersebut.

Pengaruh Regional

Hizbullah juga telah terlibat dalam konflik regional lainnya, termasuk perang saudara di Suriah, di mana mereka mendukung rezim Bashar al-Assad. Keterlibatan ini telah memperkuat hubungan Hizbullah dengan Iran dan memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.

Konflik antara Hizbullah dan Israel adalah bagian dari perseteruan yang lebih luas antara kekuatan-kekuatan regional di Timur Tengah. Dinamika ini mencakup dimensi ideologis, politik, dan militer yang kompleks, dan tetap menjadi salah satu titik panas utama dalam geopolitik global. Memahami sejarah ini adalah kunci untuk memahami banyak dari ketegangan yang terjadi di kawasan tersebut hingga hari ini.

scroll to top